TK PGRI Waturoyo
TK PGRI WATUROYO, satu nama itu akan melambungkan kenangan kita sekitar dua puluhan tahun yang lalu. Masa ketika kita masih belum tahu apa arti benar dan salah. Saat kita masih bebas bermain, tidak memikirkan tugas, tidak berpikir apa yang akan kita lakukan besok. Hanya bermain dan bertemu teman-teman, bertemu ibu guru Taman Kanak-kanak.
Kalau kita ingat, gedung sekolah TK ini dulu ada di dekat balai desa. Di sana ada ayunan, perosotan, panjatan berbentuk bola, panjatan melengkung yang kalau kita naik dan menyelesaikan sampai ke seberang adalah suatu prestis tersendiri, ada pula jungkat-jungkit kayu, dan tidak ketinggalan bambu yang dipasang memanjang yang di situ kita mengetes kemampuan keseimbangan kita.
Dahulu sebelum ada dua ruang kelas, ada perbedaan jam masuk untuk TK A dan TK B, TK A masuk pagi, dan TK B masuk siang. Seiring perkembangan kita merasakan sudah dibangun gedung baru dan semua anak bisa masuk pagi.
Karena suatu hal gedung sekolah kita harus dipindahkan, otomatis semua wahana permainan kita dulu juga dipindah. TK A dan TK B dipindah di gedung lama bekas SD Waturoyo 2. Semua anak TK bisa melihat kakak-kakak kelas mereka yang belajar di SD N Waturoyo 1 yang juga telah berubah nama menjadi SD N Waturoyo.
Selama sekolah dipindah di bagian selatan jalan raya, ada beberapa gangguan dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Hal ini disampaikan oleh ibu saya sendiri yang kebetulan juga mengajar di TK PGRI Waturoyo mulai tahun 2004. Sejak sekolah dipindahkan di sana, pagi-pagi ketika para guru datang, ditemukan bekas minuman keras. Tidak jarang jendela-jendela yang selalu ditutup tiap kegiatan sekolah usai, esok paginya ditemukan terbuka bekas congkelan. Untuk menghindari kegiatan yang tidak diinginkan, pihak sekolah pun memasang lampu penerangan, tetapi beberapa hari setelah dipasang, lampu tiba-tiba hilang entah ke mana.
Tidak lama ini, bangunan bagian barat yang diperuntukkan untuk kantor guru yang baru saja diperbaiki, telah dirusak kipas anginnya dan diambil dinamonya. Bagian tembok yang dekat dengan area tegal menjadi lembab dan berjamur karena digunakan untuk sandaran tempat penyimpanan ampas ketela.
Keadaan sekolah saat ini, bangunan utama sekolah roboh atapnya karena telah tua dimakan usia. Pihak sekolah tak ada biaya untuk keperluan perbaikan gedung sekolah, karena SPP dari orang tua murid hanya cukup digunakan untuk operasional pembelajaran dan gaji guru tiap bulannya.
Tenaga pendidik TK PGRI Waturoyo sekarang ada enam orang setelah ditinggalkan Ibu Guru kita tercinta Ibu Muntiah yang telah meninggal dunia bulan Januari 2016 dan Ibu Sri Widajati (Bu Cik) yang telah purna tugas (pensiun). Kepala sekolah saat ini Ibu Siti Aisah, S.Pd, dan guru yang lain adalah Ibu Masyfiyah, Ibu Puji Ningtyas, Ibu Munafiah, Ibu Welas Prihati, dan Ibu Maslikah.
Ini potret bangunan sekarang, ada teman yang bilang waktu saya ngepost gambar ini pada laman facebook, “TK PGRI tinggal kenangan”. Sedih melihat kenyataan bahwa mungkin teman-teman juga berfikir seperti itu. Tapi tidak, semangat guru-guru kami untuk mendidik generasi penerus kita tak melemah. Saat ini kami sedang memperjuangkan pembangunan perbaikan gedung untuk sekolah ini. Kepala Desa dan jajarannya siap membantu, dan proposal telah diajukan oleh pihak sekolah.
Comments
Post a Comment
silakan mengisi komentar anda